Renungan Harian Selasa, 28 November 2023

Bacaan Pagi:Bacaan Sore:
Yesaya 59:1-5aRoma 9:1-29
Amsal 12:22
"Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya."

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

Ketika pencipta berkarya membuat sesuatu, pastinya ia memiliki maksud dan tujuan sehubungan karya tersebut. Bagaimana apabila karya tersebut ternyata tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya? Biasanya kita menyebutkannya dengan karya yang gagal. Maka penciptanya akan mencoba membuat karya yang baru, sedangkan karya yang gagal ini akan dibuang atau hanya menjadi alat untuk belajar untuk membuat karya yang lebih baik.
Ketika Allah mencipta kita, pasti Allah memiliki maksud dan rencana tertentu bagi kita. Bahkan dari kitab Kejadian kita mengetahui betapa Allah menciptakan kita manusia ini sesuai dengan citraNya (Imagodei). Sedemikian luar biasanya Allah menciptakan kita. Oleh karena itu bisa dibayangkan betapa kecewanya Allah kita apabila karyaNya yang dibuat sedemikian luar biasa dan dikasihiNya ternyata tidak mencerminkan maksud dan tujuan ketika dicipta, walaupun ciptaanNya tersebut memiliki semua alat untuk mencapai maksud dan tujuan Allah tersebut.
Tentunya Allah tidak mencipta kita untuk berdusta. Karena Allah tidaklah berdusta, dan manusia yang dicipta sesuai gambaranNya pun tidak dicipta untuk berdusta. Itulah mengapa dusta menjadi kekejian bagi Tuhan kita, karena Sang Pencipta tidaklah memiliki gambaran atau image pendusta.
Yang menjadi kebalikan dari dusta adalah setia. Setia adalah menjalankan sesuatu sesuai dengan maksud awalnya dan secara tetap dan konsisten melakukan hal tersebut. Allah adalah setia, hal ini dapat dilihat dari betapa Ia menjalankan apa yang telah dikatakan dan dijanjikanNya. Kualitas inilah yang seharusnya ada pada kita sebagai ciptaan yang dibentuk sesuai gambaranNya.

Exit mobile version