Renungan Harian Jumat, 25 Februari 2022

Bacaan Pagi:Bacaan Sore:
Lukas 13:31-35Markus 10:1-12
Amos 5:6
Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup, supaya jangan Ia memasuki keturunan Yusuf bagaikan api, yang memakannya habis dengan tidak ada yang memadamkan bagi Betel.

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

Sebagai seorang pribadi, pernahkah kita meratap? Ratapan biasanya terdengar di rumah-rumah duka. Itu adalah cara orang mengungkapkan kerinduan sekaligus perkabungannya.

Akibat ketidakadilan sosial dan kekerasan yang merajalela di ibu kota Samaria, Tuhan menjatuhkan hukuman yang keras kepada Israel. Negeri itu ditanduskan. Orang-orangnya dibuang ke pengasingan. Begitu sedikit yang tersisa. Hanya orang yang tua, lemah, sakit, dan cacat yang dibiarkan mengembara di reruntuhan kota-kota Israel. Hal itu tergenapi setelah penyerbuan Asyur dan pembuangan ke Babel. Untuk waktu yang sangat panjang, bangsa Israel tidak mempunyai kekuatan untuk bangkit sebagai sebuah kerajaan.

Tuhan gemas terhadap pemberontakan kita, tetapi Tuhan juga merindukan semua umatNya kembali. Jikalau seseorang bertanya, “Di manakah kami harus mencari Tuhan?”, Amos telah menyiapkan jawabannya. Jangan mencari Tuhan di Betel, Gilgal, atau tempat-tempat lain mana pun yang dianggap keramat. Tempat-tempat itu akan diluluhlantakkan dan tidak akan ada lagi.

Carilah Tuhan, maka kita akan hidup. Ini adalah janji-Nya. Ini prinsip yang berlaku pasti seperti rumus matematika. Jika kita mencari-Nya, kita akan mendapatkan-Nya. Satu hal yang perlu kita lakukan hanyalah mencari Dia. Jangan biarkan hari ini berlalu sebelum Anda mendapatkan hidup yang kekal itu. Carilah Tuhan selagi Ia berkenan ditemui, carilah seperti mencari mutiara yang berharga. Amos adalah salah satu tokoh penting dalam Alkitab yang patut menjadi inspirasi kita. Ia bukanlah berasal dari keluarga yang berada dan berpendidikan tinggi. Dikatakan, “Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan.” Amos adalah orang biasa: peternak dan pemungut buah ara di hutan, serta bertempat tinggal di sebuah desa kecil bernama Tekoa yang termasuk wilayah Yehuda. Itulah sebabnya Amos sering disebut sebagai penggembala dari Tekoa atau peladang pohon ara dari selatan.

Jangan pernah minder atau berkecil hati dengan keadaan yang ada dan janganlah berkata, “Mana mungkin hidupku dipakai Tuhan, sementara aku tidak pernah mengenyam pendidikan teologia, tidak fasih bicara, wajahku pas-pasan, aku tidak punya harta yang bisa dibanggakan. Semua orang pasti memandangku dengan sebelah mata.” Tuhan tidak pernah memilih seseorang dari fisik, jabatan, kekayaan dan sebagainya. “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Setiap orang percaya memiliki kesempatan yang sama untuk dipakai Tuhan sebagai alat kemuliaanNya.

Tuhan memakai Amos untuk sebuah misi besar yang luar biasa yaitu menyampaikan pesan penting yang berisi teguran dan peringatan kepada bangsa Israel bagian utara yang pada waktu itu sedang berada di puncak kejayaan. Mungkinkah? Tidak ada yang tak mungkin bagi orang percaya, karena dalam segala perkara Tuhan turut bekerja. Dengan kekuatan sendiri Amos tidak akan mampu, tapi ada Roh Tuhan yang menyertainya.