Renungan Harian Minggu, 13 Februari 2022

Bacaan Pagi:Bacaan Sore:
Yeremia 17:5-10
17:5	Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
17:6	Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.
17:7	Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
17:8	Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
17:9	Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
17:10	Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

Untuk apa hidup kita ini? Apa yang kita lakukan selama hidup kita ini? Kita seharusnya menjadi apa dan melakukan apa? Ini adalah pertanyaan penting yang sering diajukan oleh orang-orang dari segala usia. Inilah juga pertanyaan yang diajukan oleh nabi Yeremia kepada umat Yehuda saat itu. Pada waktu itu nabi Yeremia memberikan pilihan serta jawaban akan dua cara kehidupan yang dilakukan bangsa Yehuda (Yeremia 17:5-8).Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh bangsa Yehuda saat itu? Bangsa Yehuda telah menaruh pengharapannya kepada manusia.

Bangsa itu telah meninggalkan Allah dengan mengadakan aliansi militer dengan negara-negara kafir, Asyur dan Mesir, suatu tindakan yang dapat dibandingkan dengan meninggalkan mata air segar untuk kemudian menggali sumur yang rusak dan tidak berguna yang tidak memiliki air (Yeremia 2:1-19). Bukan hanya itu, penduduk Yehuda melanjutkan kebiasaan agama kafir sebagaimana yang mereka telah lakukan pada pemerintahan sebelumnya dan menjadikannya praktek hidup mereka. Ada ibadah kepada Baal, ada berhala-berhala pelacuran suci, dan praktek ketidakadilan sosial menjadi gaya hidup yang lazim di Yehuda. Yeremia mengkontraskan kehidupan umat Yehuda yang mengandalkan diri pada kenikmatan sesaat dengan kehidupan orang yang mengandalkan Tuhan. Ada akibat yang sangat mengerikan jika seseorang lebih mengandalkan manusia dan kekuatannya sendiri, bukan hanya tidak mendatangkan berkat, melainkan akan mendatangkan kutuk.

Mereka yang mengandalkan diri pada manusia serta segala yang ada pada mereka, oleh nabi Yeremia dilukiskan sebagai padang gurun penuh semak bulus yang tidak akan mengalami datangnya keadaan baik. Bentuk kepercayaan yang berpusat pada diri manusia pasti akan bermuara pada kekecewaan dan pasti akan lenyap. Mereka tidak akan mengalami datangnya masa kebaikan. Mereka akan menemui hari-hari kehidupan dalam ketakutan, kecemasan dan kebinasaan.

Sebaliknya bagi mereka yang mengandalkan Tuhan ibarat pohon yang ditanam di tepi aliran air. Bisa jadi pohon yang ditanam pada tepi air itu akan mengalami masa yang berat saat masa pertumbuhannya, tapi ia akan mendapatkan kekuatan dari Tuhan yang membuat akarnya semakin tertancap dalam, berdiri kokoh dan menghasilkan buah. Ini merupakan hal yang serius.

Marilah kita belajar untuk tetap setia kepada Allah dengan mengandalkan Allah. Caranya sederhana, mulailah membangun mezbah ibadah dan doa dengan rutin. Bangun kembali hubungan yang intim dengan Tuhan dan mintalah penyertaan dan bimbingan Tuhan atas hidup Anda. Amin