Renungan Harian Rabu, 20 September 2023

Bacaan Pagi:Bacaan Sore:
Yeremia 26:1-192 Tesalonika 3:5-7
Mazmur 112:5
"Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya."

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

Emas adalah kepingan murni yang diciptakan oleh Tuhan, emas yang sudah diproses sedemikian rupa dapat menjadi sebuah perhiasan yang dikenakan oleh manusia. Emas juga mempunyai hubungan dengan ukuran atau nilai dari sebuah harga mata uang di Indonesia ini dan bahkan dunia. Emas juga digunakan dalam sebuah perumpamaan atau pribahasa oleh kalangan pendidikan dan juga kalangan masyarakat. Misalnya: diam itu emas, maksudnya lebih baik diam, sebab ketika konflik berlangsung diam saja kita sudah mengurangi persoalan dan menunjukkan siapa diri kita. Kemudian ada juga yang mengatakan “kemana pun emas dicampakkan”, sekalipun itu kelumpur ia tetaplah emas. Disini yang mau kita lihat adalah esensi dari emas itu di dalam kehidupan manusia yang dimaknai seperti kualitas emas. Orang benar sepeti emas yang murni.
Dalam teks ini mazmur menyinggung bahwa orang benar itu melakukan perbuatannya yang merupakan bagian ibadah dan pernyataan takut akan Tuhan. Secara otomatis bahwa ibadah orang benar dan takut akan Tuhan akan dilihat dari perbuatannya sehari-hari mulai dari pagi hingga malamnya. Ibadah dan takut akan Tuhan disini digambarkan seperti: Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Menaruh belas kasihan, memberi pinjaman dan melakukan urusan sewajarnya adalah bentuk kegiatan sehari-hari yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Disini Allah menjelaskan orang yang benar dan takut akan Dia akan melakukan ini, menaruh belas kasihan, maksudnya adalah mengerti dengan keadaan dan mampu menjadi terang dalam keadaan yang rumit sekalipun. Ketika itu sudah terjadi maka memberi pinjaman dan melakukan urusan dengan sewajarnya akan mengikut.
Saudaraku, apapun status kita saat ini tentulah mempengaruhi siapa kita, tetapi janganlah kiranya kita melupakan sikap dan mental orang benar yang sudah tertanam di dalam diri kita. Pemilihan dan penebusan yang diberikan kepada seseorang tentu merupakan suatu anugerah yang tidak terbayarkan, tugas kita hanya menjadi orang benar. Orang benar akan terlihat dari perbuatan sehari-harinya yang merupakan bagian dari ibadahnya. Apapun ceritanya, dimanapun dan kapanpun orang benar digoyang atau dihasut, dia tetaplah orang benar. Sepeti emas tadi, dimana pun ia tetaplah emas. Baiklah kita mamahami dengan baik maksud dan tujuan Allah menjadikan kita orang benar di dunia ini agar menjadi terang ditengah-tengah kegelapan. Amin