Renungan Harian Selasa, 03 Oktober 2023

Bacaan Pagi:Bacaan Sore:
Yeremia 41:1-18Yohanes 20:15-20
Yakobus 1:26
"Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya."

Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974

Apakah ibadah itu? Mengapa ibadahnya dikatakan sia-sia? keterkaitan antara ibadah dalam beragama dan etika. Kesalehan seseorang bukan hanya diukur dari perilaku dalam ritual agama, tetapi juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Ibadah adalah keseluruhan hidup kita. Mengajarkan pentingnya orang-orang Kristen untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan. Kebenaran bukan hanya untuk dipikirkan dan didiskusikan, namun untuk dilakukan.
Kebenaran ini sangat mendesak untuk dikumandangkan lebih keras, terutama di antara mereka yang terjebak pada spiritualitas yang dikotomis. Mereka terlihat sangat rohani dalam menjalankan ritual tertentu, tetapi sangat duniawi dalam kehidupan sehari-hari Mereka membatasi kerohanian pada hari dan tempat tertentu, padahal seluruh aspek kehidupan kita – pekerjaan , aktivitas gerejawi, sekolah, dan sebagainya – adalah area ibadah kepada Tuhan.
Tiga tindakan konkrit yang mendemonstrasikan ibadah yang benar. Hal ini tidak berarti bahwa tiga tindakan ini menggantikan tanggung-jawab kita dalam aspek ritual. Ritual keagamaan tetap memegang peranan penting.
Penggunaan pengontrolan pada lidah, mengajarkan bahwa kesejatian ibadah dapat dilihat dari perkataan yang benar. Orang yang beribadah harus mampu mengekang lidahnya.
Mengapa pengontrolan lidah merupakan salah satu tanda dari kesalehan? Yakobus menjelaskan bahwa barangsiapa mampu mengontrol lidahnya berarti ia adalah orang yang sempurna dan mampu mengontrol seluruh hidupnya. Artinya, kalau kita berhasil menguasai sesuatu yang sangat sulit ditaklukkan (lidah), maka kita juga akan mampu menguasai hal-hal lain.
Tidak ada yang lebih berbahaya daripada penipuan terhadap diri sendiri. Orang yang menipu diri sendiri sedang berada dalam bahaya namun ia tidak menyadarinya atau sengaja menyangkalnya. Ia tidak merasa perlu untuk berubah menjadi lebih baik.

Exit mobile version